Jumat, 30 September 2011

promosi kesehatan-bina suasana


LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan ditentukan oleh dua factor utama, yakni factor perilaku dan factor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu,upaya untuk memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan kepada dua factor tersebut. Perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosio-budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan merupakan intervensi atau pendekatan (intervensi) terhadap factor perilaku. Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap factor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan.
            Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan Promosi Kesehatan adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan standar masyarakat mau hidup sehat (Will Lingness), tetapi juga mampu (Obility) untuk hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berprilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep dan bina suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan atau hantuan erhada seseorang yang mampunyai permasalahan. Sedangkan Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
a.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bina suasana?
2.      Bagaimana teori cara melakukan pendekatan bina suasana pada masyarakat?

b.      Tujuan
1.      Pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan bina suasana dalam strategi promosi kesehatan
2.      Pembaca dapat mengetahui cara melakukan pendekatan bina suasana yang sudah dipaparkan dalam teori.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bina Suasana ( Dukungan Sosial )
            Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).
            Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.


Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu :
A.    Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan :
1.      dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
2.      dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).
3.      dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
B.     Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,  mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
C.     Pendekatan Masyarakat Umum
Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut.
Dengan pendekatan ini diharapkan :
1.      Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
2.      Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut.
3.      Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
4.      Metode bina suasana dapat berupa :
a.       Pelatihan
b.       Semiloka
c.        Konferensi pers
d.       Dialog terbuka
e.        Penyuluhan
f.        Pendidikan
g.      Lokakarya mini
h.       Pertunjukkan tradisional.
i.        Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
j.         Pertemuan berkala di desa
k.       Kunjungan lapangan
l.        Studi banding
m.    Traveling seminar.
Kemitraan dalam kesehatan berarti menggalang partisipasi semua sektor untuk  meningkatkan harkat hidup dan derajat kesehatan, semua sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah dan non pemerintah bekerjasama berdasarkan kesepakatan dan fungsi masing-masing.

Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
a.       forum komunikasi
b.      dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
c.       mengikuti perkembanagan kebutuhan masyarakat
d.      hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
e.       menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan
f.       memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
g.      adanya umpan balik dan penghargaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar